Jaranan sangat populer di Jawa Tumur. Tarian ini sering dipentaskan di masyarakat dalam acara-acara tertentu. Misalnya hajatan keluarga. namun sering juga dipentaskan dalam even-even hari besar nasional.
Dalam foto-foto ini adalah pementasan Jaranan Jawa dwipa. Dikatakan Jaranan jawa, karena penari berpenampilan sederhana. Tanpa make up, tanpa baju-baju yang mewah. Karena munculnya tai rjaranan jawa dwipa merupakan cerminan masyarakat kecil yang menirukan pasukan kerajaan berkuda yang sedang berlatih perang. Karena dari kalangan masyarakat kecil, mereka tampil seadanya. Tanpa perlu berdandan, tanpa perlu pakaian bagus. Tampil sederhana. seadanya.
Ada yang mengatakan, pulang dari sawahpun asal mau menari silakan saja. sebaba mereka hanya memerlukan kain panjang, ikat pinggang dari kain serta ikat kepala, jadilah siap untuk menari.
Gerakan merekapun sederhana. kadang menirukan gherakan di sawah ketika mengolah sawah, kadang menirukan gerakan kuda.
Persiapan sebelum pementasan Tari Jaranan
(JARANAN JAWA DWIPA)
Pecut, cambukl dibunyikan 3 kali sambil menengadah ke atas, tanda minta ijin pada yang Mbau Rekso Wilayah itu bahawa akan ada pementasan Jaranan
(JARANAN JAWA DWIPA)
Kembang telon, buceng kuat, cok bakal, kembang setaman sebagai piranti jaranan dipersiapakan senbagai sesaji
(JARANAN JAWA DWIPA)
Setelah pirantis esaji dipersiapkan, menyan dibakar, para penaripiun mengambil peralatan tari berupa kuda kepang untuk dibawa ke dalam .
(JARANAN JAWA DWIPA)
enam orang penari keluar diringi gamelan . mereka rata berusia di atas 45 tahun. santai rampak, kompak. meskipun sudah tua teteapi masih menjunjung tinggi kesenian warisan budaya leluhurnya
(JARANAN JAWA DWIPA)
Karena pentas di rumah tak punya halaman luas, maka jalan rayapun digunakan sebagai panggung pentas jaranan
(JARANAN JAWA DWIPA)
penabuh gamelan tampil apa adanya. tanpa asesoris, tanpa pakaian khusus. itulah kesederhanaan jaranan Jawa dwipo, seperti sederhananya kehidupan para petani
(JARANAN JAWA DWIPA)
Salah satu penari ada yang mulai kesurupan
(JARANAN JAWA DWIPA)
dia marah-marah tak mau membawa jaran kepangnya
(JARANAN JAWA DWIPA)
Sang Pengambuh memberikan mantra-mantra dengan membrikan kembang pada penari Dari cara makan kembang, penonton bisa melihat ,mana penari yang benar-benar kesurupan dan mana penari yang hanya action.
(JARANAN JAWA DWIPA)
penari yang benar2 kesurupan pandang matanya kosong, marah, muka merah, wajah aslinya berubah. yang paling tampak, warna putih matanyalah yang menonjol di raut muka
(JARANAN JAWA DWIPA)
Jika sudah marah, 6 orang pun tak kuat menahan kekeuatan p[enari yang benar2 kesurupan
(JARANAN JAWA DWIPA)
sebelum barongan keluar, pengambuh memebrikan kemenyan dan minyak wangi
(JARANAN JAWA DWIPA)
semua penari keluar mengiringi keluarnya barongan
(JARANAN JAWA DWIPA)
dua penari mulai kesurupan
(JARANAN JAWA DWIPA)
setiap menjelang akhir tarian selalau ada penari yang kesurupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN BERIKAN KOMENTAR BERKAITAN DENGAN BUDAYA JAWA DI TULUNGAGUNG